Alangkah sedihnya perasaan dimabuk cinta
Hatinya menggelepar menahan dahaga rindu
Cinta digenggam walau apapun terjadi
Tatkala terputus, ia sambung seperti mula
Liku-liku cinta, terkadang bertemu surga
Menikmati pertemuan indah dan abadi
Tapi tak jarang bertemu neraka
Dalam pertarungan yang tiada berpantai......
Rabu, 10 April 2013
Minggu, 24 Maret 2013
Melihat Kejahatan Dalam Diri Orang yang Berilmu
Dikisahkan pula bahwa Baha’uddin yang salih pernah bertanya kepada
Maulana apakah “amalan buruk” yang dialamatkan kepada para Syaikh, menurut
masyarakat jelata di pasar. Maulana menjawab : “Amalan buruk’ itu pasti sudah
diketahui semua orang, tetapi dilakukan secara diam-diam. Namun, hamper dapat
dipastikan bahwa para Syaikh, yang juga darwisy, tidak memiliki kebiasaan buruk
itu. Sedangkan mereka yang berjalan dengan mengenakan pakaian orang suci, dan
tidak shalih di dalamnya, pada waktunya akan menyembunyikan kebiasaan yang
menimbulkan dosa itu, meskipun akhirnya mereka akan ketahuan dan di hukum.”
Anjing dan Manusia
Dikisahkan pula bahwa Syaikh Badrudin, sang seniman besar, meriwayatkan
bahwa, suatu hari, dia dan kepala sekolah itu, Sirajuddin, sedang berjalan
bersama Maulana, ketika Maulana berkata kepada mereka bahwa dia benar-benar
ingin berjalan sendirian, karena dia lelah menyambut salam dan ungkapan rasa
hormat yang diberikan kepadanya oleh orang-orang ke mana pun dia pergi, dan dia
ingin sendirian. Maka diapun berjalan sendirian sebentar, hingga dia melihat
sekumpulan anjing di lingkungan berpasir di dalam kota. Dan kepala sekolah itu
mendekati Maulana untuk menunjukkan betapa damai dan puasnya anjing – anjing
itu saat mereka berbaring dan beristirahat dibawah cahaya matahari.“Lihatlah
anjing-anjing ini. Betapa rukun dan akrabnya mereka terhadap satu sama lainnya;
sedang kita manusia?”
Kamis, 21 Maret 2013
Mata Uang Emas
Dikisahkan pula bahwa Mu’inuddin, seorang murid, pernah mengundang
Maulana ke seuatu pertemuan mistis, dimana tokoh-tokoh penting dikota itu juga
di undang untuk menghormatinya. Setelah acara mendegarkan khutbah selesai,
makanan disajikan, dan hidangan istimewa, yang berisi masakan yang sangat
lezat, diletakkan di depan Maulana. Mu’inuddin telah menempatkan di dalam
hidangan itu sebuah pundi berisi mata uang emas, dan dia menyembunyikannya
dengan rapi dibalik nasi di atas piring. Ini dilakukan untuk menguji apakah
Maulana dapat mengetahuinya tanpa menyentuh makanan itu. Sebagai tipu daya,
tuan rumah mendesak agar makanan itu diambil tanpa sungkan-sungkan, dan dia menambahkan
bahwa makanan itu dibeli dengan uang halal. Tetapi Maulana duduk saja tanpa
menyentuh makanan tersebut, dan kemudian dia berkata bahwa makanan yang baik
mestinya tidak dicemari oleh benda lain seperti mata uang emas—dia telah
“menemukan” tipu daya itu, jelas melalui kekuatan batinnya. Selanjutnya dia
membaca syair pertama dari sebuah nyanyian yang panjang :
Hatiku
memendam cinta bukan kepada
Benda
yang paling manis
Atau
apa pun yang berkilau dan bersinar!
Maka,
sesungguhnya ;
Bagiku
tidak ada artinya pundi emas
Di
dalam mangkuk yang berisi benda mati ini.
Tuan rumah memohon ampun kepada Maulana, dan menyentuh kaki sang Guru
sebagai penghormatan dan ungkapan rasa malu, karena dia telah menguji sang
guru.
Sumber : 100 Kisah Kearifan Rumi
Darwisy yang Tersembunyi
Dikisahkan pula bahwa putra
Maulana pernah bertanya kepada ayahnya apakah yang dimaksud dalam pernyataan
bahwa darwisy yang sejati selalu “tersembunyi”---atau, dengan kata lain, dia
menjaga dirinya tetap “tersembunyi.” Apakah pernyataan itu berarti bahwa dia
menyamar dengan pakaian, atau apakah itu merupakan sikap mental?
Jawab Maulana begini: “Bisa
dua-duanya : bahkan dalam memilih pekerjaan untuk menyembunyukan upaya
sejatinya mencari Jalan itu, misalnya, “lanjut Maulana, “beberapa sufi menulis
syair yang menggambarkan cinta---dan orang-orang menganggap cinta itu cinta
jasmaniah—sufi lainnya terlibat dalam perdagangan (seperti Baba Fariddudin
‘Atthaar, yang ahli kimia dan mempunyai toko kimia di sebuah pasar ). Yang
lainnya berkonsentrasi menulis karya sastra, dan yang lainnya lagi mungkin
memenuhi panggilan tugas yang lain pula. Semua ini dirancang untuk
“menyembunyikan” diri mereka yang sesungguhnya. Ini mereka lakukan agar mereka
tidak “diusik” oleh orang-orang yang mengejar kepentingan duniawi. Bahkan, ada kelompok lain yang secara sengaja melakukan
tindakan-tindakan yang mungkin tidak disetujui masyarakat, sehingga orang-orang
yang hanya memikirkan dunia tidak akan menunggu mereka. Karena itulah
diriwayatkan bahwa Nabi pernah berkata, “Allah menyembunyikan “Orang-orang
Salih yang sejati.” Maka segala cara mereka tempuh untuk menemukan kedamaian
pikiran agar bias mengikuti Jalan itu, yang bias terhalang oleh adanya
pencemaran dari urusan dunia---dari orang-orang yang tujuan dan keinginan
satu-satunya adalah meraih keuntungan materi, meskipun harus mengorbankan apa
saja. Yang dikorbankan adalah bidang dan aktivitas mistis dan spiritual serta
kecintaan kepada Yang Selalu Ada sekarang, Nanti, dan Dahulu. Kemudian Maulana
membaca syair sebagai berikut :
Mengetahu
sepanjang waktu---semuanya,
Namun
mereka tetap tersembunyi dan mencari.
Dimata
dunia merka tampak
Lain
dari diri merkea yang sesungguhnya.
Namun
tak sekejap pun,
Orang
banyak melihat mereka
Sebagaimana
yang sesungguhnya.
Dalam
cahaya batin mereka mengembara
Membuat
mukjizat menjadi nyata,
Dan
tetap saja tidak ada yang tahu
Siapa
mereka sebenarnya.
Bahkan
dengan segera Sufi yang Lebih Kecil, Abdal,
Tidak
begitu tahu siapa mereka sebenarnya :
Keadaan
lahir-batin mereka,
Merupakan
misteri bagi semua orang.
Sumber : 100 Kisah Kearifan Rumi
Matilah Sebelum Engkau Mati
Dikisahkan pula bahwa Maulana pernah
berkata kepada putranya : “Jika orang bertanya kepadamu apakah Jalanmu, maka
jawablah,”Jalanku adalah makan sangat sedikit, oh tidak, Jalanku adalah Mati”,
yaitu dilenyapkan kedalam Cahaya Ilahi.” Lalu dia menceritakan tentang seorang
darwisy yang, saat menedekati sebuah rumah, minta air minum. Seorang gadis yang
sangat cantik muncuk dipintu dan memberikan sebuah wadah kosong kepada pria
itu, dan darwisy itu berkata : “Aku ingin minta air minum.” Gadis itu
menyuruhnya pergi, dengan berkata : “Aku telah memberikan jawaban kepadamu,
karena seorang darwisy bukan orang yang makan sepanjang hari dan tidur
sepanjang malam. Orang salih yang sejati adalah dia yang tidur dengan perut
lapar selama bermalam-malam dan tidak makan apapun di siang hari.” Seorang guru
Persia lain pernah berkata : “Makan adalah untuk hidup, bukan hidup untuk makan
dan makan terus.” Maulana berkata bahwa Darwis itu, setelah bertemu gadis
tersebut, tidak pernah makan siang hari hingga saat terakhir.
Sumber : 100 Kisah Kearifan Rumi
Akibat yang Sama Pasti Dikarenakan Sebab yang Sama
Seorang pemilik toko memelihara
seekor burung beo di tokonya.
Suatu hari seekor kucing
menjatuhkan botol minyak hingga terbalik, lalu lari.
Ketika si pedagang kembali, dia
mengira bahwa burung itulah yang telah menumpahkan minyaknya, dan dia
memukulinya begitu keras sampai seluruh bulunya rontok dari kepalanya.
Beberapa waktu kemudian, ketika
melihat seorang pria botak lewat, burung beo itu berseru :
“Minyak apa yang kau
tumpahkan?”
Sumber : 100 Kisah Kearifan Rumi
Berikan Kepadaku Seluruhnya, Jangan Hanya Bagian-bagiannya Saja.....
Seorang pria mendatangi tukang
tato, dan memintanya memasang gambar seekor singa pada kulitnya.
Namun orang ini pengecut.
Ketika merasakan tusukan pertama, dia berkata :
“Bagian singa mana yang sedang
kau gambar?”
Tukang tato itu menjawab
:”Ekornya.”
Pria itu berteriak:”Sebaiknya
jangan ekornya, buat saja bagian yang lain.”
Seniman ini menurut. Tetapi si
pria kembali berteriak kesakitan.
Dan ini terjadi berkali-kali,
hingga si seniman memberitahunya bahwa mustahil menggambar tato seekor singa
bila dia tidak mengizinkan setiap bagian tubuh hewan itu digambar.
Sumber : 100 Kisah Kearifan Rumi
Langganan:
Postingan (Atom)