Dikisahkan pula bahwa Syaikh Badrudin, sang seniman besar, meriwayatkan
bahwa, suatu hari, dia dan kepala sekolah itu, Sirajuddin, sedang berjalan
bersama Maulana, ketika Maulana berkata kepada mereka bahwa dia benar-benar
ingin berjalan sendirian, karena dia lelah menyambut salam dan ungkapan rasa
hormat yang diberikan kepadanya oleh orang-orang ke mana pun dia pergi, dan dia
ingin sendirian. Maka diapun berjalan sendirian sebentar, hingga dia melihat
sekumpulan anjing di lingkungan berpasir di dalam kota. Dan kepala sekolah itu
mendekati Maulana untuk menunjukkan betapa damai dan puasnya anjing – anjing
itu saat mereka berbaring dan beristirahat dibawah cahaya matahari.“Lihatlah
anjing-anjing ini. Betapa rukun dan akrabnya mereka terhadap satu sama lainnya;
sedang kita manusia?”
Maulana berpikir sebentar dan kemudian berkata, ‘Sesungguhnya memang
demikian, yaitu anjing-anjing ini berbaring dan beristirahat dengan damai
sekarang.Tetapi cobala lemparkan sebatang tulang ke tengah mereka, dan kemudian
lihatlah keributan yang merusak kerukunan yang kau bicarakn itu. Begitu pula
halnya dengan manusia,” lanjut Maulana, “dikalangan manusia, selama tidak ada
sifat egois di antara dua orang dan keinginan mencapai harta duniawi tidak
mengganggu mereka, maka mereka bias menjadi sahabat yang paling baik. Tetapi
jika kerakusan akan harta dunia ada diantara mereka, maka perhatikanlah
bagaimana kedamaian itu akan rusak dan pertikaian pun timbul, lebih buruk
daripada pertikaian di antara kawanan anjing.” Hanya mereka yang tidak begitu
mementingkan materi yang bias hilang, dan tidak berkeinginan memiliki apa”yang
pasti akan mati dan musnah” sajalah yang bias menjalani kehidupan yang damai
dan tenang.
Sumber : 100 Kisah Kearifan Rumi
Sumber : 100 Kisah Kearifan Rumi
0 komentar:
Posting Komentar