Dikisahkan pula bahwa Baha’uddin yang salih pernah bertanya kepada
Maulana apakah “amalan buruk” yang dialamatkan kepada para Syaikh, menurut
masyarakat jelata di pasar. Maulana menjawab : “Amalan buruk’ itu pasti sudah
diketahui semua orang, tetapi dilakukan secara diam-diam. Namun, hamper dapat
dipastikan bahwa para Syaikh, yang juga darwisy, tidak memiliki kebiasaan buruk
itu. Sedangkan mereka yang berjalan dengan mengenakan pakaian orang suci, dan
tidak shalih di dalamnya, pada waktunya akan menyembunyikan kebiasaan yang
menimbulkan dosa itu, meskipun akhirnya mereka akan ketahuan dan di hukum.”
Demikianlah, misalnya, yang terjadi pada seorang tokoh berilmu yang
tidak salih, yang sering menantang orang-orang terpelajar seperti Shadruddin;
dan dia telah mengumpulkan pengikut berpengaruh.Pada suatu hari, Maulana sedang
melewati daerah tempat tinggal pria ini, yang dikenal sebagai Nasiruddin, dan
dia sedang duduk di balkon rumahnya yang sangat besar, dikelilingi oleh
murid-muridnya. Dia melihat Maulana dan berkata: “Betapa anehnya wajah orang
itu, dan lihatlah surban dan pakaiannya; dan aku tidak tahu apakah dalam
hatinya ada cahaya keluhuran tasawuf, dan orang macam apa yang akan menjadi
penerusnya.”
Maulana melangkah disamping dinding istana megah Syaikh itu, dan sambil
menatap ke atas dia berkata; “ Wahai orang yang tidak sopan, waspadalah!’ Serta
merta, Nasiruddin sang Syaikh menjerit, seakan-akan dia tersengat, dan jatuh
berlutut karena kesakitan. Murid-muridnya berlarian ke sana-kemari dan dengan
cemas bertanya mengapa hal itu bias terjadi, dan dia menjawab bahwa dia telah
mengucapkan kata-kata yang tidak pantas mengenai Maulana, dan dia tidak tahu
betapa besarnya kekuatan mistis guru itu.Sebaliknya, orang-orang yang bersama
Maulana pada waktu itu tidak tahu kepada siapa perkataanya ditujukan, hingga
dia memberitahu mereka, dan berita itu tersebar ke seluruh pasar dan
jalan-jalan.Tidak lama kemudian orang-orang mulai bergosip dan terungkaplah
bahwa Syaikh yang terpelajar itu ternyata mempunyai reputasi moral yang buruk
dan memberi uang kepada banyak orang agar mengiklankan namanya dan menyatakan
bahwa dia orang suci.Maka “tersembunyilah perilakunya yang buruk” sehingga
orang-orang pun percaya kepadanya.Akhirnya, dia dicela oleh semua orang di Qonia,
dan murid-muridnya memberikanya obat untuk membebaskan diri mereka agar tidak
dihubung-hubungkan dengan tokoh jahat yang berpura-pura menjadi orang suci.
Sumber : 100 Kisah Kearifan Rumi
0 komentar:
Posting Komentar