Minggu, 24 Maret 2013

Melihat Kejahatan Dalam Diri Orang yang Berilmu


Dikisahkan pula bahwa Baha’uddin yang salih pernah bertanya kepada Maulana apakah “amalan buruk” yang dialamatkan kepada para Syaikh, menurut masyarakat jelata di pasar. Maulana menjawab : “Amalan buruk’ itu pasti sudah diketahui semua orang, tetapi dilakukan secara diam-diam. Namun, hamper dapat dipastikan bahwa para Syaikh, yang juga darwisy, tidak memiliki kebiasaan buruk itu. Sedangkan mereka yang berjalan dengan mengenakan pakaian orang suci, dan tidak shalih di dalamnya, pada waktunya akan menyembunyikan kebiasaan yang menimbulkan dosa itu, meskipun akhirnya mereka akan ketahuan dan di hukum.”

Anjing dan Manusia


Dikisahkan pula bahwa Syaikh Badrudin, sang seniman besar, meriwayatkan bahwa, suatu hari, dia dan kepala sekolah itu, Sirajuddin, sedang berjalan bersama Maulana, ketika Maulana berkata kepada mereka bahwa dia benar-benar ingin berjalan sendirian, karena dia lelah menyambut salam dan ungkapan rasa hormat yang diberikan kepadanya oleh orang-orang ke mana pun dia pergi, dan dia ingin sendirian. Maka diapun berjalan sendirian sebentar, hingga dia melihat sekumpulan anjing di lingkungan berpasir di dalam kota. Dan kepala sekolah itu mendekati Maulana untuk menunjukkan betapa damai dan puasnya anjing – anjing itu saat mereka berbaring dan beristirahat dibawah cahaya matahari.“Lihatlah anjing-anjing ini. Betapa rukun dan akrabnya mereka terhadap satu sama lainnya; sedang kita manusia?”

Kamis, 21 Maret 2013

Mata Uang Emas



Dikisahkan pula bahwa Mu’inuddin, seorang murid, pernah mengundang Maulana ke seuatu pertemuan mistis, dimana tokoh-tokoh penting dikota itu juga di undang untuk menghormatinya. Setelah acara mendegarkan khutbah selesai, makanan disajikan, dan hidangan istimewa, yang berisi masakan yang sangat lezat, diletakkan di depan Maulana. Mu’inuddin telah menempatkan di dalam hidangan itu sebuah pundi berisi mata uang emas, dan dia menyembunyikannya dengan rapi dibalik nasi di atas piring. Ini dilakukan untuk menguji apakah Maulana dapat mengetahuinya tanpa menyentuh makanan itu. Sebagai tipu daya, tuan rumah mendesak agar makanan itu diambil tanpa sungkan-sungkan, dan dia menambahkan bahwa makanan itu dibeli dengan uang halal. Tetapi Maulana duduk saja tanpa menyentuh makanan tersebut, dan kemudian dia berkata bahwa makanan yang baik mestinya tidak dicemari oleh benda lain seperti mata uang emas—dia telah “menemukan” tipu daya itu, jelas melalui kekuatan batinnya. Selanjutnya dia membaca syair pertama dari sebuah nyanyian yang panjang :
          Hatiku memendam cinta bukan kepada
          Benda yang paling manis
          Atau apa pun yang berkilau dan bersinar!
          Maka, sesungguhnya ;
          Bagiku tidak ada artinya pundi emas
          Di dalam mangkuk yang berisi benda mati ini.
Tuan rumah memohon ampun kepada Maulana, dan menyentuh kaki sang Guru sebagai penghormatan dan ungkapan rasa malu, karena dia telah menguji sang guru.

Sumber : 100 Kisah Kearifan Rumi

Darwisy yang Tersembunyi



Dikisahkan pula bahwa putra Maulana pernah bertanya kepada ayahnya apakah yang dimaksud dalam pernyataan bahwa darwisy yang sejati selalu “tersembunyi”---atau, dengan kata lain, dia menjaga dirinya tetap “tersembunyi.” Apakah pernyataan itu berarti bahwa dia menyamar dengan pakaian, atau apakah itu merupakan sikap mental?
Jawab Maulana begini: “Bisa dua-duanya : bahkan dalam memilih pekerjaan untuk menyembunyukan upaya sejatinya mencari Jalan itu, misalnya, “lanjut Maulana, “beberapa sufi menulis syair yang menggambarkan cinta---dan orang-orang menganggap cinta itu cinta jasmaniah—sufi lainnya terlibat dalam perdagangan (seperti Baba Fariddudin ‘Atthaar, yang ahli kimia dan mempunyai toko kimia di sebuah pasar ). Yang lainnya berkonsentrasi menulis karya sastra, dan yang lainnya lagi mungkin memenuhi panggilan tugas yang lain pula. Semua ini dirancang untuk “menyembunyikan” diri mereka yang sesungguhnya. Ini mereka lakukan agar mereka tidak “diusik” oleh orang-orang yang mengejar kepentingan duniawi. Bahkan, ada kelompok lain yang secara sengaja melakukan tindakan-tindakan yang mungkin tidak disetujui masyarakat, sehingga orang-orang yang hanya memikirkan dunia tidak akan menunggu mereka. Karena itulah diriwayatkan bahwa Nabi pernah berkata, “Allah menyembunyikan “Orang-orang Salih yang sejati.” Maka segala cara mereka tempuh untuk menemukan kedamaian pikiran agar bias mengikuti Jalan itu, yang bias terhalang oleh adanya pencemaran dari urusan dunia---dari orang-orang yang tujuan dan keinginan satu-satunya adalah meraih keuntungan materi, meskipun harus mengorbankan apa saja. Yang dikorbankan adalah bidang dan aktivitas mistis dan spiritual serta kecintaan kepada Yang Selalu Ada sekarang, Nanti, dan Dahulu. Kemudian Maulana membaca syair sebagai berikut :
          Mengetahu sepanjang waktu---semuanya,
          Namun mereka tetap tersembunyi dan mencari.
          Dimata dunia merka tampak
          Lain dari diri merkea yang sesungguhnya.
          Namun tak sekejap pun,
          Orang banyak melihat mereka
          Sebagaimana yang sesungguhnya.
          Dalam cahaya batin mereka mengembara
          Membuat mukjizat menjadi nyata,
          Dan tetap saja tidak ada yang tahu
          Siapa mereka sebenarnya.
          Bahkan dengan segera Sufi yang Lebih Kecil, Abdal,
          Tidak begitu tahu siapa mereka sebenarnya :
          Keadaan lahir-batin mereka,
          Merupakan misteri bagi semua orang.

Sumber : 100 Kisah Kearifan Rumi

Matilah Sebelum Engkau Mati

Dikisahkan pula bahwa Maulana pernah berkata kepada putranya : “Jika orang bertanya kepadamu apakah Jalanmu, maka jawablah,”Jalanku adalah makan sangat sedikit, oh tidak, Jalanku adalah Mati”, yaitu dilenyapkan kedalam Cahaya Ilahi.” Lalu dia menceritakan tentang seorang darwisy yang, saat menedekati sebuah rumah, minta air minum. Seorang gadis yang sangat cantik muncuk dipintu dan memberikan sebuah wadah kosong kepada pria itu, dan darwisy itu berkata : “Aku ingin minta air minum.” Gadis itu menyuruhnya pergi, dengan berkata : “Aku telah memberikan jawaban kepadamu, karena seorang darwisy bukan orang yang makan sepanjang hari dan tidur sepanjang malam. Orang salih yang sejati adalah dia yang tidur dengan perut lapar selama bermalam-malam dan tidak makan apapun di siang hari.” Seorang guru Persia lain pernah berkata : “Makan adalah untuk hidup, bukan hidup untuk makan dan makan terus.” Maulana berkata bahwa Darwis itu, setelah bertemu gadis tersebut, tidak pernah makan siang hari hingga saat terakhir.

Sumber : 100 Kisah Kearifan Rumi

Akibat yang Sama Pasti Dikarenakan Sebab yang Sama



Seorang pemilik toko memelihara seekor burung beo di tokonya.
Suatu hari seekor kucing menjatuhkan botol minyak hingga terbalik, lalu lari.
Ketika si pedagang kembali, dia mengira bahwa burung itulah yang telah menumpahkan minyaknya, dan dia memukulinya begitu keras sampai seluruh bulunya rontok dari kepalanya.
Beberapa waktu kemudian, ketika melihat seorang pria botak lewat, burung beo itu berseru :
“Minyak apa yang kau tumpahkan?”

Sumber : 100 Kisah Kearifan Rumi

Berikan Kepadaku Seluruhnya, Jangan Hanya Bagian-bagiannya Saja.....



Seorang pria mendatangi tukang tato, dan memintanya memasang gambar seekor singa pada kulitnya.
Namun orang ini pengecut. Ketika merasakan tusukan pertama, dia berkata :
“Bagian singa mana yang sedang kau gambar?”
Tukang tato itu menjawab :”Ekornya.”
Pria itu berteriak:”Sebaiknya jangan ekornya, buat saja bagian yang lain.”
Seniman ini menurut. Tetapi si pria kembali berteriak kesakitan.
Dan ini terjadi berkali-kali, hingga si seniman memberitahunya bahwa mustahil menggambar tato seekor singa bila dia tidak mengizinkan setiap bagian tubuh hewan itu digambar.

Sumber : 100 Kisah Kearifan Rumi