Minggu, 24 Maret 2013

Anjing dan Manusia


Dikisahkan pula bahwa Syaikh Badrudin, sang seniman besar, meriwayatkan bahwa, suatu hari, dia dan kepala sekolah itu, Sirajuddin, sedang berjalan bersama Maulana, ketika Maulana berkata kepada mereka bahwa dia benar-benar ingin berjalan sendirian, karena dia lelah menyambut salam dan ungkapan rasa hormat yang diberikan kepadanya oleh orang-orang ke mana pun dia pergi, dan dia ingin sendirian. Maka diapun berjalan sendirian sebentar, hingga dia melihat sekumpulan anjing di lingkungan berpasir di dalam kota. Dan kepala sekolah itu mendekati Maulana untuk menunjukkan betapa damai dan puasnya anjing – anjing itu saat mereka berbaring dan beristirahat dibawah cahaya matahari.“Lihatlah anjing-anjing ini. Betapa rukun dan akrabnya mereka terhadap satu sama lainnya; sedang kita manusia?”

Maulana berpikir sebentar dan kemudian berkata, ‘Sesungguhnya memang demikian, yaitu anjing-anjing ini berbaring dan beristirahat dengan damai sekarang.Tetapi cobala lemparkan sebatang tulang ke tengah mereka, dan kemudian lihatlah keributan yang merusak kerukunan yang kau bicarakn itu. Begitu pula halnya dengan manusia,” lanjut Maulana, “dikalangan manusia, selama tidak ada sifat egois di antara dua orang dan keinginan mencapai harta duniawi tidak mengganggu mereka, maka mereka bias menjadi sahabat yang paling baik. Tetapi jika kerakusan akan harta dunia ada diantara mereka, maka perhatikanlah bagaimana kedamaian itu akan rusak dan pertikaian pun timbul, lebih buruk daripada pertikaian di antara kawanan anjing.” Hanya mereka yang tidak begitu mementingkan materi yang bias hilang, dan tidak berkeinginan memiliki apa”yang pasti akan mati dan musnah” sajalah yang bias menjalani kehidupan yang damai dan tenang.

Sumber : 100 Kisah Kearifan Rumi

0 komentar: