Kamis, 21 Maret 2013

Mata Uang Emas



Dikisahkan pula bahwa Mu’inuddin, seorang murid, pernah mengundang Maulana ke seuatu pertemuan mistis, dimana tokoh-tokoh penting dikota itu juga di undang untuk menghormatinya. Setelah acara mendegarkan khutbah selesai, makanan disajikan, dan hidangan istimewa, yang berisi masakan yang sangat lezat, diletakkan di depan Maulana. Mu’inuddin telah menempatkan di dalam hidangan itu sebuah pundi berisi mata uang emas, dan dia menyembunyikannya dengan rapi dibalik nasi di atas piring. Ini dilakukan untuk menguji apakah Maulana dapat mengetahuinya tanpa menyentuh makanan itu. Sebagai tipu daya, tuan rumah mendesak agar makanan itu diambil tanpa sungkan-sungkan, dan dia menambahkan bahwa makanan itu dibeli dengan uang halal. Tetapi Maulana duduk saja tanpa menyentuh makanan tersebut, dan kemudian dia berkata bahwa makanan yang baik mestinya tidak dicemari oleh benda lain seperti mata uang emas—dia telah “menemukan” tipu daya itu, jelas melalui kekuatan batinnya. Selanjutnya dia membaca syair pertama dari sebuah nyanyian yang panjang :
          Hatiku memendam cinta bukan kepada
          Benda yang paling manis
          Atau apa pun yang berkilau dan bersinar!
          Maka, sesungguhnya ;
          Bagiku tidak ada artinya pundi emas
          Di dalam mangkuk yang berisi benda mati ini.
Tuan rumah memohon ampun kepada Maulana, dan menyentuh kaki sang Guru sebagai penghormatan dan ungkapan rasa malu, karena dia telah menguji sang guru.

Sumber : 100 Kisah Kearifan Rumi

0 komentar: